top of page

Personal Goal Setting: Membuat Tujuan dengan Metode SMART



 

Bagaimana, nih, kabar resolusi tahun 2021 teman-teman? Sudah tercapai atau belum? Menjelang akhir tahun, biasanya sebagian orang mulai mempersiapkan beberapa resolusi untuk tahun baru. Namun, survei Richard Wiseman menemukan bahwa 88% dari sekitar 3.000 orang responden gagal mewujudkan resolusi tahun baru mereka. Beliau juga menuliskan bahwa orang-orang yang gagal melaksanakan resolusi tahun baru cenderung membuat tujuan atas dasar keinginan diri dan menahan keinginan lainnya (Richie, 2010). Maka dari itu, penting untuk mengetahui makna dari personal goal yang ingin dicapai dengan menggunakan metode SMART goal.

Personal goal setting merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan dalam hidup sehingga upaya untuk mencapai tujuan tersebut dapat menjadi lebih terarah, efektif, dan efisien (Sudaryani & Ulandari, 2016). Tujuan yang berasal dari diri sendiri biasanya muncul dari nilai-nilai yang dianutnya, seperti representasi kognitif dari motif dan kebutuhan seseorang. Ketika tujuan diberikan oleh orang lain sesuai dengan nilai dan motifnya, maka penerimaan terhadap tujuan tersebut akan menjadi lebih mudah. Menurut Locke dan Latham (2006), terdapat lima aspek yang digunakan dalam mengukur tujuan seseorang, yaitu, Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time Based atau yang dapat disingkat dengan SMART.

Pada awalnya, SMART goal yang dikembangkan oleh George Doran, Arthur Miller, dan James Cunningham dalam artikel mereka yang berjudul "there's a S.M.A.R.T. way to write management goals and objectives" pada 1981 ditujukan untuk mempermudah pembuatan personal goals ataupun resolusi dengan membaginya menjadi lima pokok singkat yang mudah diikuti. Kelima pokok tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Specific (spesifik), yang mana resolusi yang dibuat berfokus pada area fungsi spesifik dan fokus untuk membangunnya. Salah satu contoh penerapannya, yaitu saat kita memiliki tujuan untuk menurunkan berat badan. Daripada menentukan tujuan “menurunkan berat badan”, kita dapat membuat tujuan lebih spesifik, yaitu “menurunkan berat badan sebanyak 5 kg agar bisa memakai gaun untuk acara pernikahan 2 bulan lagi”.

  2. Measurable (dapat dihitung), yang mana hasil dari resolusi dapat diukur secara kuantitatif atau ditunjukkan oleh beberapa atribut kualitatif untuk membantu dalam memantau kemajuan setelah perlaksanaan. Contohnya, saat kita memiliki target untuk menyelesaikan tugas laporan dalam waktu satu bulan. Maka, kalian dapat menyicilnya dengan mengerjakan satu bab dalam satu minggu. Dengan begitu, tujuan kita akan lebih mudah dicapai jika memiliki tenggat waktu yang jelas. Selain itu, dengan membagikan tujuan tersebut menjadi bagian-bagian kecil dapat membantu kita mencapainya dengan lebih mudah.

  3. Achievable (dapat dicapai), yang mana resolusi yang dibuat memperhitungkan bahwa tidak ada satu aturan yang cocok untuk semua sehingga perlu menjadi fleksibel agar dapat dicapai oleh pembuatnya. Seperti saat kita memiliki tujuan untuk mendapatkan nilai A di semua mata kuliah semester ini. Ada satu hal yang tetap perlu diperhatikan, yaitu tentukan tujuan yang sesuai dengan kapasitas kita. Sebuah tujuan tidak perlu dibuat terlalu kompleks agar tetap mudah dicapai. Tidak perlu malu untuk membuat tujuan yang sederhana karena tujuan tersebut merupakan langkah untuk menjadikan diri menjadi lebih baik.

  4. Realistic (realistis), yang mana resolusi harus praktis dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari resolusi yang baik tidak hanya untuk direncanakan, namun juga untuk membantu orang tersebut melaksanakannya. Misalnya, kita ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik dengan jurusan sesuai dengan minat dan bakat, yaitu jurusan seni. Tujuan tersebut menjadi realistis saat kita sudah memiliki dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapainya. Berbeda jika kita ingin masuk PTN terbaik dengan jurusan seni, namun tidak memiliki kesenangan dan persiapan di bidang tersebut. Tentu hal tersebut akan lebih sulit untuk dicapai.

  5. Time-bound (dibatasi waktu), yang mana resolusi memiliki unsur batas waktu untuk membuatnya lebih terarah dan memberikan kerangka waktu yang pasti untuk mencapai resolusi tersebut. Tujuan kita sebaiknya dibuat dengan tenggat waktu, seperti menentukan tanggal, hari, atau bulan kapan tujuan tersebut akan dicapai.

Kita bisa menerapkan metode SMART goal, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembuatan tujuan. Dengan demikian, kita berhasil melakukan dan mencapai semua rencana dengan baik. Semoga artikel kali ini juga dapat membantu teman-teman untuk membuat resolusi tahun baru menggunakan metode SMART di tahun 2022 maupun di tahun-tahun yang akan mendatang.


DAFTAR PUSTAKA


Haryanti, K. (2020). Efektivitas pelatihan goal setting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada remaja panti asuhan. Diakses dari repository.unika.ac.id/23221/3/58120183202019G2_Goal%20setting.pd.

Richie, F. (2010). Reflections on resolutions made with the best of intentions. Tennessee Nurse, 73(1), 5-6.

Sudaryani, M., & Ulandari, V. (2016). Personal goal setting. CareerGrooming.com. Diakses dari career-grooming.com/iframe-post/19.

Chowdhury, M. R. (2021, Desember 8). The science & psychology of goal-setting 101. PositivePsychology.com. Diakses dari positivepsychology.com/goal-setting-psychology/.

Handayani, M. (2021, Oktober 26) Kenali metode SMART untuk bantu tetapkan target. Diakses dari ekrut.com/media/metode-smart.


**********

Best Regards,

Tim Redaksi PSYGHT 2021/2022

.

.

Writers: Benedicta Anita Puspa Dewi Remetwa (2019), Karen Ardian (2019), Grace Noviana Yapto (2021), Nicholas Kho (2021), & Robert Johannes Thianto (2021)

Editors: Caroline Ersalina Christie (2019) & Anggie Renaisance (2019)

コメント


bottom of page