Keywords : peer group, teman sebaya, remaja, dukungan sosial, kesehatan emosi
Peer group atau yang sering disebut sebagai teman sebaya dianggap memudahkan seseorang untuk terbuka pada orang-orang seusianya. Hal ini sejalan dengan tahap perkembangan remaja ketika individu cenderung lebih memilih untuk memprioritaskan atau berinteraksi dengan teman sebayanya. Keberadaan teman sebaya juga diharapkan dapat membentuk perilaku remaja yang positif.
Keberadaan peer group semakin dibutuhkan seiring meningkatnya kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu. Cohen (2010) menyatakan bahwa peer group dapat mengurangi stres dan perasaan terisolasi. Pada usia remaja, peer group dapat memicu individu untuk menyampaikan perasaan yang dialaminya. Hal ini penting berhubung remaja cenderung belum cukup dapat mengendalikan emosi mereka dengan baik. Pada umumnya, remaja memilih teman sebaya untuk menyampaikan perasaannya dibandingkan orang tua. Remaja meyakini bahwa teman sebaya lebih dapat menerima kondisi dirinya. Dengan demikian, keterbukaan antara orang tua dan anak perlu diciptakan.
Beberapa alasan remaja memilih teman sebaya dibanding orang tua. Alasan pertama adalah beberapa orang tua seringkali langsung memberi penilaian terhadap masalah tanpa mengetahui penyebabnya. Beberapa orang tua bahkan cenderung enggan mendengarkan cerita dari anak. Sebaliknya, anak terkadang memilih untuk tidak melibatkan orang tua dalam permasalahan yang dialami. Selain itu, anak terkadang berpandangan bahwa hubungannya dengan orang tua hanya sebatas hubungan di dalam rumah saja sehingga jarang berkomunikasi dengan mereka di luar lingkungan rumah (Maulana, 2022).
Memiliki peer group memberikan beberapa manfaat. Pertama, peer group dapat memberikan wawasan tentang bagaimana mengembangkan hubungan dengan orang lain. Selain itu, peer group dapat mengajarkan peran gender dan bagaimana gender yang berbeda melihat dan bertindak dari sudut pandang yang berbeda pula. Peer group juga dapat dijadikan sarana bagi individu untuk berlatih bersosialisasi sebelum dewasa, ketika individu harus berinteraksi dengan jaringan sosial yang lebih luas dan tidak lagi bergantung pada orang terdekat seperti orang tua. Selanjutnya, peer group dapat mengajarkan persatuan dan perilaku kolektif dalam hidup yang merujuk pada bagaimana menyesuaikan sikap dengan cara kelompok atau teman sebaya bertindak. Peer group mendukung pembentukan identitas individu berdasarkan perannya di masyarakat dan bagaimana orang di sekitarnya menilai dirinya (Rabbani, 2020). Terakhir, peer group dapat menjadi sumber motivasi bagi individu untuk berprestasi (Wijaya dan Widiasavitri, 2019).
Selain dampak positif, memiliki peer group dapat memberikan dampak negatif. Tekanan dari teman dapat membuat individu merasa terdorong untuk mengubah perilakunya menjadi serupa dengan teman sebayanya sehingga ia dapat diterima. Menurut penelitian oleh Tifa, Usman, & Arfianty (2020), satu individu yang melakukan perilaku seksual dapat memicu individu lain untuk melakukan hal serupa sebagai bagian dari kelompok teman mereka. Hal ini dikarenakan bagi banyak remaja, kesetiaan dengan kelompok teman sebaya ditunjukkan dengan ikut melakukan hal-hal yang sama, meskipun terkadang hal yang dilakukan bersifat negatif. Contoh lain adalah perilaku merokok yang tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan. Dampak ini jika tidak disikapi atau ditanggapi dengan bijak maka akan ikut serta memberikan pengaruh ke diri sendiri (Rabbani, 2020).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa memiliki teman sebaya dan peer group sangat bermanfaat. Peer group mendukung perkembangan individu seiring ia bertambah dewasa dan dapat pula memberikan dukungan sosial. Dukungan sekecil apapun tentu dapat sangat membantu individu ketika sedang menghadapi permasalahan, dan membuat dirinya merasa berharga dan diterima dalam lingkungannya (Belinda, 2018). Namun, tidak semua teman sebaya akan memberikan manfaat positif sehingga diperlukan kehati-hatian dan kesadaran dalam mencari atau membentuk sebuah peer group.
Daftar Pustaka
Belinda, P. C. (2018, November 7). Dukungan sosial dan kesehatan. Psychology department Binus University. https://psychology.binus.ac.id/2018/11/07/dukungan-sosial-dan-kesehatan/
Maulana, M. I. (2022, May 21). 5 Sebab anak lebih terbuka kepada teman dibanding ke orangtua. IDN Times. https://www.idntimes.com/life/family/muhammad-imam-maulana/sebab-anak-lebih-terbuka-kepada-teman-dibanding-ke-orangtua-c1c2#google_vignette
Rabbani, A. (2020, October 8). Pengertian kelompok sebaya (peer group), jenis, dan fungsinya. Ilmu Humaniora dan Teknologi SMAN 1 Cibeber Lebak Banten - Sosial79. https://www.sosial79.com/2020/10/pengertian-kelompok-sebaya-peer-group.html
Tifa, S. L., Usman, & Arfianty. (2020). Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku remaja seksual di SMA Negeri 1 Parepare. Jurnal Ilmiah dan Kesehatan , 3(3), 403-410. https://doi.org/10.31850/makes.v3i3.374
Wijaya, A. A., & Widiasavitri, P. N. (2019). Hubungan dukungan sosial teman sebaya terhadap motivasi berprestasi pada remaja awal Di Kota Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 6(02), 261. https://doi.org/10.24843/jpu.2019.v06.i02.p05
***********
Best regards,
Tim Redaksi PSYGHT 23/24
Penulis: Scharlety Sarah (2020), Felicia Michelle (2021), Jerry Laurencius Palijama (2022), Vanessa Layono (2023)
Editor: Ariellah Sharon Mohede (2021)
コメント