Lewat dentuman nada dan lirik, musik berperan dalam berbagai hal. Mulai dari mata pencaharian, sarana ekspresi, terapi psikologis, dan lain-lain. Musik hadir dalam berbagai genre dan dinikmati oleh semua orang di berbagai kalangan. Gabrielsson (dalam Sakka & Juslin, 2018) menyatakan salah satu hal yang membuat musik menjadi sangat digemari adalah kemampuannya untuk menimbulkan emosi pada diri seseorang.
Stewart (2019) mengatakan bahwa mendengarkan musik yang berbeda dari emosi yang sedang dirasakan akan mengubah perasaan menjadi lebih baik atau perubahan emosi sementara, misalnya seseorang memiliki preferensi musik yang didengarkan pada saat sedih maupun pada saat senang. Musik-musik yang dapat membuat seseorang bahagia seringkali dikatakan sebagai musik yang membangkitkan semangat (uplifting). Namun, Marik dan Stegeman (dalam Sakka & Juslin, 2018) mengatakan bahwa musik juga dapat memberikan efek kontraproduktif yang dapat berkontribusi pada emosi negatif yang berbahaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Stewart, Garrido, Hense, dan McFerran (2019) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang berkontribusi dalam munculnya emosi positif maupun negatif dalam mendengarkan musik. Tiga faktor tersebut adalah pesan yang ada dalam lirik, durasi dari mendengarkan musik, dan keadaan atau intensitas dari kondisi afektif pendengar. Terkait dengan kondisi afektif, terdapat perbedaan signifikan antara regulasi emosi yang dirasakan oleh seseorang yang memiliki depresi dan seseorang yang tidak memiliki depresi ketika mendengarkan musik. Orang dengan depresi memiliki kecenderungan untuk menggunakan musik dalam meningkatkan intensitas emosi negatif yang mereka sendiri juga tidak sadar terhadap kecenderungan tersebut (Stewart et al., 2019). Hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan sifat simbolis dari musik. Mendengarkan musik yang sesuai dengan emosi (mood-matching) dapat membuat seseorang merasa mendapatkan pengakuan dari apa yang sedang dirasakannya.
Mengetahui musik dari dua sisi yang berbeda dapat dijadikan strategi dalam meregulasi emosi. Mendengarkan musik yang sesuai dengan keadaan emosi dapat mempertahankan suatu emosi yang dimiliki seseorang atau bahkan membuat seseorang merasa tidak lebih baik. Seseorang yang memiliki depresi akan cenderung merasakan peningkatan emosi negatif saat mendengarkan lagu yang sesuai dengan keadaan emosinya. Namun di sisi lain, musik juga dapat digunakan untuk meregulasi emosi dengan mendengarkan musik yang berbeda dari emosi yang saat ini sedang dirasakan. Mendengarkan musik yang menyenangkan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi perasaan-perasaan negatif.
Sumber:
Sakka, L. S., & Juslin, P. N. (2018). Emotion regulation with music in depressed and non-depressed individuals: Goals, strategies, and mechanisms. Music & Science, 1, 2059204318755023.
Stewart, J., Garrido, S., Hense, C., & McFerran, K. (2019). Music use for mood regulation: Self-awareness and conscious listening choices in young people with tendencies to depression. Frontiers in psychology, 10, 1199.
**********
Best Regards,
Tim Redaksi PSYGHT 2020/2021
.
.
Writer: Joy Latumahina (2018)
Comments