Pernahkah kamu menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton film, berbelanja online, dan berselancar di media sosial ketika kamu seharusnya mengerjakan suatu tugas? Hal tersebut dapat menggambarkan prokrastinasi (Mardatila, 2021). Prokrastinasi adalah kebiasaan individu menunda-nunda suatu pekerjaan, baik disengaja maupun tidak (Agustin, 2021). Beberapa peneliti menghubungkan prokrastinasi dengan gagalnya regulasi diri, serta ketidakmampuan mempertimbangkan konsekuensi negatif dari perbuatannya (Cherry, 2020).
Terdapat dua jenis faktor yang menyebabkan prokrastinasi, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa kurangnya keterampilan memanajemen waktu, kebiasaan menunggu hingga berada di “kondisi yang tepat” untuk mengerjakan tugas, regulasi diri yang buruk, kondisi mental yang kurang baik, dan merasa kurang percaya diri (Djie, 2019; Detik Health, 2015). Di sisi lain, faktor eksternal yang mendorong perilaku prokrastinasi dapat berupa jumlah dan tingkat kesulitan dari tugas yang diberikan, lingkungan belajar yang kurang kondusif, pola pengasuhan orangtua yang kurang efektif, dan kesibukan lain yang dimilikinya, misalnya organisasi dan magang. (Shinta & Purwanto, 2015; Wijaya & Widodo, 2013).
Prokrastinasi memiliki hubungan yang negatif dengan motivasi. Artinya, semakin tinggi motivasi seseorang, maka semakin rendah kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi (Nitami et al., 2015; Novirson & Lubis, 2020). Perbedaan tinggi atau rendahnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik juga berpengaruh kepada kecenderungan seseorang untuk menunda pekerjaan (Vij & Lomash, 2014) .
Orang-orang yang jarang melakukan prokrastinasi biasanya merasakan kepuasan ketika mengerjakan hal yang perlu diselesaikan dan lebih fokus terhadap prosesnya dibandingkan hasilnya, yang mengindikasikan adanya motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik yang tinggi mengurangi kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi. Sementara itu, orang-orang yang hanya memiliki motivasi eksternal akan lebih mungkin untuk melakukan prokrastinasi (Vij & Lomash, 2014). Namun, ketika sebuah pekerjaan dilakukan karena diwajibkan tanpa keinginan dari diri sendiri, orang-orang dengan motivasi ekstrinsik justru akan lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya dan kecenderungannya untuk prokrastinasi lebih rendah.
Untuk mengatasi prokrastinasi dan kebiasaan menunda mengerjakan tugas, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Menurut Claessens et al. (2007), kita bisa meningkatkan kemampuan manajemen waktu yang kita miliki dengan membuat sebuah daftar tugas atau to-do-list. Daftar ini dapat membantu kita untuk mengingat tugas yang kita miliki serta membantu untuk fokus pada satu tugas secara spesifik dan tenang. Menurut Čiarnienė dan Vienažindienė (2014), daftar to-do-list yang baik juga perlu memiliki tingkat prioritas untuk setiap tugas sehingga kita bisa menentukan tugas mana yang lebih penting untuk dikerjakan lebih dahulu.
Claessens et al. (2007) juga menyampaikan bahwa penting bagi kita untuk menentukan kapan akan memulai mengerjakan tugas, yang disebut sebagai planning behavior. Perencanaan konkret ini akan membuat penggunaan waktu kita lebih efektif dan kita tidak terlalu banyak membuang waktu bersantai atau terdistraksi melakukan hal lain. Karena itu, disarankan untuk merencanakan secara detail, seperti hari dan jam untuk mulai mengerjakan tugas serta jam istirahat secara periodik. Kita juga bisa membagi tugas tersebut ke dalam beberapa bagian. Contohnya, bila ada tugas untuk menyelesaikan sebuah makalah, kita bisa menentukan target bahwa dalam jam kerja pertama, kita harus menyelesaikan satu bab atau tiga halaman. Dengan adanya target tersebut, maka kita bisa melakukan monitoring terhadap diri, yaitu proses evaluasi terhadap penggunaan waktu kita sendiri.
Nah, dari artikel ini, teman-teman dapat mencermati bagaimana hubungan antara motivasi dan prokrastinasi. Motivasi memiliki banyak dampak terhadap prokrastinasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Semoga dengan membaca artikel ini, teman-teman bisa mendapatkan insight baru mengenai kebiasaan prokrastinasi dan hubungannya dengan motivasi, ya! Dengan demikian, diharapkan motivasi teman-teman dapat tetap tinggi dan tetap produktif di masa pascapandemi!
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, S. (2021, 26 Agustus). 5 cara menghentikan procrastination agar lebih produktif dalam bekerja. Alodokter. Diakses dari alodokter.com/hentikan-procrastination-raih-semangat-kerja.
Cherry, M. (2020, 30 Mei). What is procrastination. Very Well Mind. Diakses dari verywellmind.com/the-psychology-of-procrastination-2795944.
Čiarnienė, R., & Vienažindienė, M. (2014). The conceptual model of time management. Book of Proceedings. 1(43), doi: 10.5901/ichss-2014-vol-01.
Claessens, B. J. C., van Eerde, W., Rutte, C. G., & Roe, R. A. (2007). A review of the time management literature. Personnel Review, 36(2), 255–276. doi: 10.1108/00483480710726136.
Detik Health. (2015, 23 Februari). Anak suka menunda-nunda mengerjakan tugas sekolah? Kenali sebabnya. Diakses dari health.detik.com/anak-dan-remaja/d-2839996/anak-suka-menunda-nunda-mengerjakan-tugas-sekolah-kenali-sebabnya.
Djie, A. (2019, 29 November). Kenali pemicu prokrastinasi yang sering dilakukan banyak orang. Sehat Q. Diakses dari sehatq.com/artikel/sering-menunda-pekerjaan-kenali-pemicu-prokrastinasi-anda.
Mardatila, A. (2021, 26 Maret). Mengenal prokrastinasi, kebiasaan menunda pekerjaan dan cara mengatasinya. Merdeka. Diakses dari merdeka.com/sumut/mengenal-prokrastinasi-kebiasaan-menunda-pekerjaan-dan-cara-mengatasinya-kln.html.
Nitami, M., Daharnis, D., & Yusri, Y. (2015). Hubungan motivasi belajar dengan prokrastinasi akademik siswa. Konselor, 4(1), 1, doi: 10.24036/02015416449-0-00.
Novirson, R., & Lubis, K. (2020). Achievement motivation and academic procrastination: A correlation studied. Bisma The Journal of Counseling, 4(3), 260–264, doi: 10.23887/bisma.v4i1.
Rosetti, L. (2011). Procrastination behaviors on college students. Tesis magister. Rowan University, New Jersey.
Shinta, A. & Purwanto, S. (2015). Prokrastinasi pada peserta pendidikan karakter dan faktor-faktor penyebabnya. Jurnal Psikologi, 11(1), 47-48.
Vij, J., & Lomash, H. (2014). Role of motivation in academic procrastination. International Journal of Scientific & Engineering Research, 5(8), 1065–1070.
Wijaya, M. S. & Widodo, P. B. (2013). Studi perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari jenis pendidikan pada siswa setingkat SMA di Kayen Pati. Jurnal EMPATI, 2(4), 246-255.
**********
Best Regards,
Tim Redaksi PSYGHT 2021/2022
.
.
Writers: Vincent Tjandra (2019), Maria Olivia Susilo (2020), Novie Dhiana Anggriani Putri (2020), & Angel Putri (2021)
Editors: Caroline Ersalina Christie (2019) & Anggie Renaisance (2019)
Comments