top of page

Mengenal Resiliensi Akademik



 

Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia, menyebabkan adanya pembatasan kegiatan yang dapat dilakukan di luar rumah. Namun, semenjak adanya vaksin gratis, kita sudah dapat beraktivitas di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Salah satunya, yaitu pembelajaran tatap muka yang kini sudah mulai diterapkan oleh beberapa lembaga pendidikan. Hal ini mungkin saja dapat menyebabkan ketidaksiapan diri sehingga diperlukan adanya adaptasi dalam menghadapi kebiasaan baru yang mungkin dapat menimbulkan stres (Yazid & Neviyarni, 2021). Akibatnya, beberapa mahasiswa mengalami stres yang memengaruhi resiliensi akademiknya.

Resiliensi akademik merupakan sikap resilien dalam proses belajar. Dengan kata lain, resiliensi akademik adalah sebuah proses dinamis yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk bangkit dari pengalaman emosional negatif saat menghadapi situasi sulit yang menekan atau mengandung hambatan signifikan dalam aktivitas belajar yang dilakukan (Hendriani, 2017). Resiliensi akademik terjadi ketika mahasiswa menggunakan kekuatan internal maupun eksternalnya untuk mengatasi berbagai pengalaman negatif, menekan, dan menghambat proses belajar sehingga mereka mampu beradaptasi dan melaksanakan setiap tuntutan akademik dengan baik (Boatman dalam Hendriani, 2017).

Faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi akademik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu faktor individual, keluarga, dan eksternal (Davis dalam Harahap & Harahap, 2020).

  1. Faktor-faktor individual yang memengaruhi resiliensi akademik adalah kemampuan kognitif (individu mampu memahami, mengomunikasikan, serta menyelesaikan permasalahan yang dialami), konsep diri individu (gambaran yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri), harga diri (penilaian diri yang tinggi), dan kompetensi sosial yang dimilikinya (kemampuan individu membangun dan menjaga hubungan interpersonal yang positif) (Everall, Altrows, & Paulson, 2006).

  2. Faktor keluarga dapat memengaruhi resiliensi akademik pada mahasiswa. Mahasiswa dengan resiliensi akademik yang tinggi berkorelasi positif dengan hubungan yang erat bersama keluarganya (Rojas, 2015). Orang tua yang menunjukkan ketertarikan dan dukungan pada partisipasi anak mampu membangun hubungan yang erat dengan anak-anaknya, yang berkorelasi positif dengan hasil akademik.

  3. Faktor eksternal atau faktor komunitas yang memengaruhi resiliensi akademik adalah kondisi sosial dan ekonomi individu. Dengan kondisi sosial dan ekonomi yang baik, seorang individu mendapat akses kepada fasilitas yang dibutuhkan, yang dapat memengaruhi kemampuan kognitif, afeksi, serta perilaku individu (Everall, Altrows, & Paulson, 2006).

Resiliensi akademik ternyata begitu penting bagi kita, kaum pelajar, untuk dapat tetap berjuang meskipun sedang dilanda banyak hal yang sebenarnya memengaruhi aktivitas akademik kita. Untuk itu, kita harus membangun resiliensi tersebut dalam diri kita. Cara membangun resiliensi akademik pada diri kita dapat dilakukan dengan cara:

  1. Yakinlah bahwa kita dapat melakukan dan/atau melalui hal tersebut. Resiliensi akademik dipengaruhi konsep diri yang kita miliki, termasuk keyakinan tentang diri kita yang dapat melewati tantangan yang dihadapi. Maka dari itu, kita harus membangun perasaan tersebut agar kita semangat untuk melewati tantangan (Morales dalam Utami, 2021).

  2. Milikilah social support yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Y𝚤ld𝚤r𝚤m & Tanr𝚤verdi (2020) menyatakan bahwa social support berkorelasi positif dengan well-being yang secara tidak langsung berkorelasi baik dengan tingkat resiliensi. Maka dari itu, penting untuk mempunyai social support agar kita selalu mendapat dukungan.

  3. Kelolalah emosi yang dirasakan. Dengan pengelolaan emosi yang baik, diharapkan muncul suatu emosi positif yang nantinya berpengaruh pada munculnya perilaku positif, seperti keinginan untuk bangkit kembali. Emosi positif dapat berperan sebagai penyangga dalam menghadapi tekanan dan/atau tantangan (Wardhana & Kurniawan, 2018).

Jadi, resiliensi akademik merupakan sikap yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan dalam proses belajar. Artinya, seseorang dapat bangkit dari pengalaman emosional negatif ketika menghadapi situasi sulit dan hambatan dalam kegiatan belajar. Nah, untuk membangun resiliensi akademik, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti memiliki keyakinan dalam diri dan social support serta mengelola emosi. Dengan memiliki resiliensi akademik, seseorang dapat melaksanakan kegiatan akademik dengan baik.


Semoga artikel kali ini dapat menjadi inspirasi bagi kalian yang ingin belajar meningkatkan/mempertahankan resiliensi akademik.

Selamat mencoba!

DAFTAR PUSTAKA

Eva, N., Parameitha, D. D., Farah, F. A. M., & Nurfitriana, F. (2021). Academic resilience and subjective well-being amongst college students using online learning during the COVID-19 pandemic. KnE Social Sciences, doi: 10.18502/kss.v4i15.8206

Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L. (2006). Creating a future: A study of resilience in suicidal female adolescents. Journal of Counseling & Development, 84(4), 461–470. doi: 10.1002/j.1556-6678.2006.tb00430.x

Harahap, A. C. P., Harahap, S. R., & Harahap D. P. (2020). Gambaran resiliensi akademik mahasiswa pada masa pandemi Covid-19. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling, 10(1). 241-246.

Hendriani, W. (2017). Adaptasi positif pada resiliensi akademik mahasiswa doktoral. Jurnal Humanitas, 14(2), 141-142.

Rojas, L. F. (2015). Factors affecting academic resilience in middle school students: A case study. Gist Education and Learning Research Journal, (11). 63-78.

Utami, L. H. (2020). Bersyukur dan resiliensi akademik mahasiswa. Nathiqiyyah, 3(1), 1–21.

Wardhana, Y. W., & Kurniawan, A. (2018). Pengaruh sense of humor terhadap resiliensi akademik mahasiswa akhir masa studi sarjana di Universitas Airlangga. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 7(4), 84–96.

Yazid, Hendri, & Neviyarni. (2021). Pengaruh pembelajaran daring terhadap psikologis siswa akibat Covid-19. Jurnal Human Care, 6(1), 208.


**********

Best Regards,

Tim Redaksi PSYGHT 2021/2022

.

.

Writers: Audrey Allessandra (2020), Gabriela Brenda Nathania Sukmana (2020), Yora Violetta Suparman (2020), & Shanes Felicia Chandra (2021)

Editors: Caroline Ersalina Christie (2019) & Anggie Renaisance (2019)

Comments


bottom of page