Pada tanggal 5 Mei 2023 lalu, Ikatan Lulusan Psikologi (ILUPSI) mengadakan acara Temu Alumni pertamanya di kampus Unika Atma Jaya Semanggi, tepatnya di lantai 15 Gedung Yustinus. Acara ini diadakan untuk mempertemukan kembali alumni-alumni FPUAJ dari berbagai angkatan ke dalam “rumah” asal mereka, yaitu Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Acara ini dihadiri, diselenggarakan, dan disusun oleh alumni. Lalu, bagaimana sih berjalannya acara tersebut? Apa saja yang disiapkan sebelum acara dan bagaimana pelaksanaannya? Kali ini, Tim Redaksi PSYGHT berkesempatan untuk mewawancarai Kak Maria Angelina Hapan (Kak Mange), selaku ketua sekaligus MC dari acara Temu Alumni, dan Kak Kak Gerard Martin Thema (Kak Gerard), selaku ketua ILUPSI, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara serta pengalaman para alumni selama menjadi mahasiswa dan di dalam dunia kerja.
Menurut Kak Mange, persiapan acara Temu Alumni cukup menantang, terutama karena adanya perbedaan latar-belakang antara alumni yang membentuk panitia. Mereka sudah bukan lagi merupakan mahasiswa dengan usia dan pengalaman hidup yang tidak beda jauh dari satu sama lain, melainkan sudah memiliki pengalaman dan pekerjaan yang beragam. Menurut beliau, hal ini menimbulkan tantangan tersendiri untuk menyatukan pikiran-pikiran mereka, apalagi mengingat bahwa orang-orang yang terpilih cenderung merupakan orang-orang yang bersifat dominan. Secara pribadi, Kak Mange mengalami tantangan dalam membagi waktu antara bekerja, menghabiskan waktu dengan keluarga, dan menghadiri sekaligus memimpin rapat-rapat yang harus dilakukan untuk membahas acara. Sebagai ketua, beliau menekankan pentingnya untuk berkomitmen dalam mewujudkan acara, sekaligus memastikan komitmen semua pihak yang terlibat.
Kak Mange menyebutkan tiga aspek utama yang dimaksudkan untuk diwujudkan dalam acara, yakni interaksi antar alumni, doorprize, dan “sesuatu yang mengingatkan kita kembali ke rumah kita”. Maka dari itu, tim panitia memutuskan untuk mengadakan beberapa permainan selama acara. Meskipun ada beberapa permainan yang tidak dapat melibatkan semua peserta, Kak Mange menyebutkan bahwa semua yang hadir telah berpartisipasi dalam satu atau lain cara. Misalnya, jika ada yang tidak berpartisipasi dalam suatu permainan tertentu, mereka pasti akan berpartisipasi di permainan yang lain. Selain bermain bersama, ada pula kesempatan bagi para alumni untuk makan bersama.
Secara menyeluruh, Kak Mange merasa cukup puas dengan persiapan maupun pelaksanaan acara. Menurut beliau, panitia telah berhasil mengumpulkan cukup banyak alumni dan dari rentang angkatan yang cukup jauh. “Sekitar minimal satu sampai dua orang dari setiap angkatan dari angkatan ‘95,” demikian papar Kak Mange. Beliau juga merasa bahwa tim panitia memiliki kinerja yang baik, berkat kecocokan peran atau divisi dengan latar belakang keahlian masing-masing.
Kak Mange tidak menyebutkan banyak kekurangan, selain waktu penyelenggaraan acara, yang kebetulan dilaksanakan ketika jalan tol sedang macet dan dalam kondisi hujan, sehingga menghambat kehadiran beberapa orang yang telah diundang. Di kesempatan-kesempatan berikutnya, beliau berharap acara dapat diselenggarakan di waktu dan tanggal yang lebih sesuai, dan di tempat yang berbeda atau yang berada di luar kampus. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan acara untuk “melepaskan diri sejenak dari monotoni pekerjaan”, dalam kata-kata Kata Mange sendiri. Beliau juga menyarankan agar acara diselenggarakan dengan jeda waktu beberapa tahun; cukup lama agar peserta tidak bosan dan lebih merindukan satu sama lain.
Akan tetapi, apa sih pentingnya untuk mengadakan acara seperti Temu Alumni? Temu Alumni awalnya dimaksudkan sebagai penggerak ILUPSI. Menurut ketua ILUPSI, Kak Gerard, kehadiran ILUPSI sendiri telah membantu untuk menghubungkan alumni dan memampukan mereka untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Berdasarkan pengalaman beliau yang berkarir dalam Human Resource Development (HRD), beliau menjadi lebih mengenali wajah-wajah alumni FPUAJ lainnya yang berkarir dalam bidang yang sama. Semua ini juga diakui oleh Kak Mange, yang bersaksi bahwa beliau tidak jarang menemui lulusan FPUAJ lainnya di lingkup pekerjaan. Selain itu, Kak Gerard merasa bahwa ILUPSI menyediakan wadah bagi para alumni untuk terus up-to-date mengenai kurikulum FPUAJ dan penyerapan tenaga kerja, sekaligus membantu akreditasi. Dengan mengetahui kabar dan posisi para alumni sekarang, FPUAJ dapat menarik mahasiswa baru dengan berbagai minat. Kak Gerard pun berharap agar “ILUPSI masih akan ada 30 hingga 40 tahun dari sekarang”.
Ketika ditanyakan mengenai pengalaman mereka selama berkuliah di FPUAJ, baik Kak Mange maupun Kak Gerard menyatakan bahwa mereka merupakan mahasiswa yang cukup sibuk. Selain melibatkan diri dalam kegiatan organisasi dalam kampus, Kak Mange sendiri pernah bekerja di luar kampus dan menjadi asisten dosen pada waktu yang bersamaan. Tak kalah menarik, Kak Gerard memiliki pengalaman bergabung dengan Tim Promosi Atma Jaya, Tim Pramabim-Mabim, dan organisasi internal, seperti Unit Penelitian Mahasiswa (UPM), Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pembimbingan Karir Mahasiswa (BKAK), serta Pastoran Atma Jaya (PAJ), di antara lain. Melalui banyaknya kegiatan dan keterlibatan tersebut, Kak Mange dan Kak Gerard mengakui bahwa mereka telah mempelajari banyak hal yang melampaui materi dalam kelas, seperti belajar berorganisasi, berkomunikasi, bersosialisasi, problem-solving, kedisiplinan, dan mengatur waktu, yang semua tentunya sangat terpakai di dunia pekerjaan nanti.
Melihat eksposur yang diberikan oleh FPUAJ pada mahasiswa untuk berorganisasi, tidak mengherankan bahwa lulusan Atma Jaya memiliki reputasi yang cukup baik di lingkup pekerjaan. Kak Mange bahkan mengaku bahwa beliau pernah memiliki atasan yang mewajibkan calon pekerja posisi tertentu untuk menjadi alumni Atma Jaya. Sejalan dengan itu, Kak Gerard mengatakan bahwa kualitas Atma Jaya cukup dikenal dan dianggap bersaing dengan kualitas beberapa universitas negeri lainnya. Atma Jaya, terlepas dari fakultas, ternyata juga cukup dikenal di luar negeri, dengan adanya beberapa alumni yang memegang posisi-posisi penting di perusahaan luar negeri maupun internasional. “Kalian harus bangga, tetapi jika tidak dipertahankan, maka angkatan berikutnya akan kesulitan untuk mendapatkan karir yang sama bagusnya dengan kakak-kakak kalian,” tutur beliau.
Tidak hanya dalam hal memberikan eksposur, FPUAJ juga memiliki lingkungan yang sangat membangun dan inklusif, bahkan tanpa adanya jarak yang terlalu besar antara dosen dan mahasiswa. Selain itu, FPUAJ memberikan pelajaran yang berguna bagi kehidupan mahasiswa sehari-hari. Kak Mange bersaksi bahwa penerimaan dan keterbukaan pikiran yang ditekankan dalam lingkup FPUAJ telah memberikan pengaruh yang baik dalam hubungan interpersonal beliau, terutama dengan hubungan yang beliau jalani dengan orang berbeda fakultas. “Kita jadi bisa lebih memahami latar-belakang seseorang, yang mungkin orang dari fakultas lain kurang pahami,” demikian kata Kata Mange.
Sebagai alumni yang telah melihat banyaknya keuntungan yang disediakan oleh Atma Jaya, baik Kak Mange dan Kak Gerard menyarankan mahasiswa aktif untuk mencoba melibatkan diri ke dalam sebanyak mungkin kegiatan organisasi. “Jangan sekadar menjadi mahasiswa yang kuliah-pulang,” cetus Kak Gerard. Kak Mange tidak lupa untuk menambahkan pentingnya mencari gaya belajar yang cocok dengan diri kita masing-masing, agar kita pun mampu memahami materi dengan lebih baik; karena sepenting-pentingnya kegiatan organisasi, materi yang diberikan dalam perkuliahan tetap dapat terpakai di dunia pekerjaan dan patut diutamakan. “Kalian masih muda, masih banyak semangat dan energi, sehingga harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya,” pesan beliau menjelang akhir wawancara.
**************
Best regards,
Tim Redaksi PSYGHT 2022/2023
Penulis: Ariellah Sharon Mohede, Lucious Felix Sasmita
Editor: Yustisia Krinsawulandari Putri, Gabriela Brenda Nathania Sukmana
Comments