Erik Erikson (1968), seorang psikoanalis Amerika kelahiran Jerman, dalam buku Youth: Identity and Crisis, pernah menulis, “In the social jungle of human existence, there is no feeling of being alive without a sense of identity”.
Kejayaan manusia dalam mendominasi peradaban dunia, tidak pernah lepas dari fakta bahwa manusia modern (homo sapiens) memiliki kapasitas pengetahuan tentang bahasa dan komunikasi yang jauh lebih unggul daripada spesies lain (Harari, 2023). Namun, kemampuan komunikasi manusia tidak hanya terbatas pada ketergantungan untuk saling membutuhkan, tetapi juga pada penciptaan makna yang membentuk identitas.
Identitas dapat dipahami sebagai sebuah proses penggambaran nilai-nilai yang akan terbentuk secara mendalam baik secara kolektif maupun individual (Deaux & Snyder (Eds), 2018). Dalam pembentukannya secara individual, manusia memerlukan konsep sebagai landasan dari prinsip dan nilai yang diilhami. Landasan tersebut kemudian akan dijadikan sebagai jalan berpikir dan ekspresi diri individu dalam bertindak. Dengan demikian, kebutuhan individu akan sebuah konsep untuk memahami dirinya disebut sebagai self-concept (Karakayali, 2021). Agar seorang individu dapat mengoptimalkan self-concept sebagai pendirian yang independen, individu perlu untuk mempertimbangkan penilaian orang-orang sekitarnya
Namun, ketika sejarah interaksi sosial manusia mulai mengglobal melalui kehadiran media sosial, terdapat sebuah online persona—representasi diri secara publik—yang dimana kehadirannya semakin variatif (Moore, Barbour & Lee, 2017). Masalah kemajemukan identitas dalam online persona adalah munculnya perbandingan sosial yang negatif.
Social Comparison atau perbandingan sosial merupakan sebuah proses dimana seorang individu mempelajari kemampuan dan sikap dengan membandingkan dirinya dengan individu lainnya (Festinger, 1954). Perbandingan sosial menjadi sebuah permasalahan ketika individu membandingkan citra dirinya (real-self) dengan citra diri yang diharapkan (ideal-self), secara berlebihan melalui penggunaan media sosial dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Penelitian Al Aziz (2020) menemukan adanya hubungan positif antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat depresi. Hubungan ini menunjukkan adanya predisposisi individu untuk membandingkan dirinya dengan konten-konten yang dilihat. Studi pustaka Firdaus dkk. (2023) mengkaji penelitian Auliannisa dan Hatta (2021) tentang hubungan antara social comparison dan gejala depresi di dalam media sosial, yang mengindikasikan adanya hubungan negatif. Hal ini berarti perbandingan yang ditunjukkan individu secara negatif (skor social comparison rendah) di dalam media sosial mengindikasikan gejala depresi yang tinggi. Secara ilmiah dan psikologis, dapat disimpulkan bahwa perbandingan sosial individu dalam media sosial berpotensi besar untuk menciptakan makna ganda (double entendre) terhadap self-concept individu itu sendiri.
Dengan demikian, cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan perbandingan sosial adalah dengan membentuk batasan yang realistis antara citra ideal yang sesuai dan citra ideal yang diharapkan. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan antara diri nyata kita (real-self) dengan citra diri ideal (ideal-self). Melalui keselarasan antara dua dimensi, konsep diri kita sebagai seorang individu dapat dipertahankan.
Daftar Pustaka
Erikson, E.H. (1968). Identity: Youth and crisis. New York, NY: Norton.
Harari, Y.N. (2023). Sapiens : Riwayat singkat umat manusia. Jakarta: PT Gramedia
Festinger, L. (1954). A Theory Of Social Comparison Processes. Human Relations, 7, 117–140.
Auliannisa, S., & Hatta, M. I. (2021). Hubungan Social Comparison dengan Gejala Depresi pada Mahasiswa Pengguna Instagram. Jurnal Riset Psikologi, 1(2), 147-153.
Deaux, K., & Snyder, M. (Eds.). (2018). The Oxford Handbook of Personality and Social
Psychology. Oxford University Press. https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780190224837.001.0001
Karakayali, N. (2021). Self‐Concept. In The Blackwell Encyclopedia of Sociology (pp. 1–3). Wiley. https://doi.org/10.1002/9781405165518.wbeoss069.pub2
Moore, C., Barbour, K., & Lee, K. (2017). Five Dimensions of Online Persona. Persona Studies, 3(1), 1–12. https://doi.org/10.21153/ps2017vol3no1art658
Al Aziz, A. A. (2020). Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Sosial dan Tingkat Depresi Pada Mahasiswa. Acta Psychologia, 2(2). https://doi.org/10.21831/ap.v2i2.35100
Cahyani Firdaus, A. P. R., Deas Pramudea Reza, R., Naifa Salsabila, M., & Restu Dewani, Y. (2023). Mengenal Social Comparison Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial. JURNAL PSIMAWA, 6(1). https://doi.org/10.36761/jp.v6i1.2099
***********
Best regards,
Tim Redaksi PSYGHT 24/25
Penulis : Justyn Kenway Timesmei Manao (2023)
Editor : Verlyn Tatiana Harefa (2022)
Kommentit