Keywords : hubungan interpersonal, mahasiswa, relasi positif, dunia perkuliahan
Masa perkuliahan adalah waktu yang tepat bagi para mahasiswa untuk memperbanyak jalinan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antarpribadi yang dibangun dalam interaksi sosial (Desmita, 2009). Hubungan interpersonal terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bergantung pada satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Tentu saja, hubungan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap setiap pihak dan bersifat timbal balik (Wisnuwardhani & Mashoedi, 2003).
Lalu, mengapa hubungan interpersonal yang sehat sangat penting bagi mahasiswa? Alasan pertama adalah karena hubungan interpersonal yang sehat dan suportif berkorelasi positif dengan kesehatan mental mahasiswa (Ross et al., 1999 dalam Sekararum, 2012). Artinya, mahasiswa dengan hubungan sosial yang suportif cenderung akan memiliki kondisi mental yang lebih sehat dibandingkan mereka dengan hubungan sosial yang kurang suportif. Tidak hanya itu, terdapat korelasi positif yang signifikan antara hubungan interpersonal mahasiswa dengan prestasi belajar (Yusuf, 2014 dalam Astarini et al., 2019). Hal ini berarti bahwa semakin baik hubungan interpersonal mahasiswa, semakin baik pula prestasi belajarnya. Suasana belajar akan menjadi lebih kondusif dengan adanya interaksi dan hal ini akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam upaya menciptakan lingkungan kampus yang sehat, dibutuhkan pembangunan relasi interpersonal yang positif.
Menurut Rubani (2011) dalam Arwan (2018), terdapat lima cara untuk meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan (Openness)
Cara pertama adalah dengan menunjukkan sikap terbuka kepada orang yang kita ajak berinteraksi dan bersedia untuk memberikannya respon yang jujur. Hal ini bisa dilakukan dengan berani menyampaikan pendapat maupun berbagi pengalaman kita apa adanya.
2. Empati (Empathy)
Bersimpati dan berempati merupakan dua hal yang berbeda. Ketika kita bersimpati, kita ikut memahami perasaan orang lain atas masalah yang sedang ia hadapi. Lain halnya dengan berempati yang berarti kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang sedang mengalami suatu masalah. Empati terlihat dari adanya kepekaan dan tindakan nyata terhadap perasaan tersebut.
3. Sikap mendukung (Supportiveness)
Saat kita tidak memiliki sikap mendukung, maka kita tidak bisa mewujudkan hubungan yang terbuka dan empatik. Sikap ini bisa ditunjukkan dengan bersedia untuk mendengarkan cerita dari teman kita dan mendukung kegiatan yang bermanfaat bagi mereka.
4. Sikap positif (Positiveness)
Menunjukkan sikap positif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memiliki cara pandang yang optimis dan memberikan dorongan positif atau semangat pada teman kita. Hubungan interpersonal dapat terjalin dengan baik jika kita memiliki sikap positif atas diri kita sendiri dan sikap positif saat sedang berkomunikasi.
5. Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan di hubungan interpersonal berarti kita mengakui bahwa kedua pihak yang sedang berinteraksi sama-sama bernilai dan tidak ada pihak yang lebih baik daripada yang lain. Dengan kesetaraan, konflik dalam hubungan interpersonal tidak lagi dipandang sebagai suatu masalah atau beban, melainkan sebagai usaha untuk memahami perbedaan. Kesetaraan dapat terlihat saat kita menghormati keberadaan teman kita, dan tidak merasa lebih superior dari mereka.
Dengan keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan, mahasiswa dapat membangun hubungan yang kokoh, yang pada waktunya dapat berdampak positif pada kesehatan mental dan prestasi belajar mereka. Relasi interpersonal yang positif di lingkungan kampus akan menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif dan membantu mahasiswa mencapai potensi mereka sepenuhnya. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, penting bagi kita untuk menjaga dan mengembangkan hubungan interpersonal yang sehat dalam perjalanan pendidikan kita sehingga kita dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Daftar Pustaka
Desmita, D. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik: panduan bagi orang tua dan
guru dalam memahami psikologi anak usia SD, SMP dan SMA.
Wisnuwardhani, D. & Mashoedi, S.F. (2012). Hubungan Interpersonal.
Jakarta: Salemba Humanika.
Arwan. (2018). Efektivitas komunikasi interpersonal dalam mewujudkan keharmonisan keluarga di masyarakat nelayan Meskom Bengkalis. Jurnal RISALAH, 29(1), 32-47.
Astarini, M. I. A., Juwita, L., & S., A. H. (2019). Kemampuan hubungan interpersonal dan hasil belajar mahasiswa keperawatan. Jurnal Ners LENTERA, 7(1), 30-36.
Sekararum, A. (2012). Interpersonal Psychotherapy (IPT) untuk meningkatkan keterampilan sosial mahasiswa Universitas Indonesia yang mengalami distres psikologis.
***********
Best regards,
Tim Redaksi PSYGHT 23/24
Penulis: Amanda Victoria Tansri (2021), Christopher Roger Setiadi (2021), Nabilla (2021), Allena Liu (2022)
Editor: Ariellah Sharon Mohede (2021)
Kommentare