Tahun baru identik dengan adanya pembuatan resolusi-resolusi baru. Resolusi yang dibuat bisa berupa target yang sederhana, seperti menambah hari olahraga, hingga target yang lebih kompleks, seperti berhenti merokok. Namun, tidak jarang resolusi-resolusi tersebut sulit untuk dilakukan, bahkan kebanyakan resolusi gagal untuk dipenuhi. Kita membutuhkan goal commitment untuk mencegah gagalnya pencapaian resolusi tersebut. Istilah goal commitment pertama kali disebut dalam goal theory oleh Locke sebagai salah satu komponen yang berperan penting dalam pencapaian tujuan seseorang (Klein, Cooper, & Monahan, 2013).
Goal commitment mengacu pada tekad untuk mencoba mencapai suatu tujuan (Locke et al. dalam Hollenbeck & Klein, 1987). Komitmen sendiri berarti usaha yang dilakukan dari waktu ke waktu untuk mencapai tujuan dan enggan untuk meninggalkan atau menurunkan tujuan (Campion & Lord dalam Hollenback & Klein, 1987). Nah, apa saja penentu goal commitment? Menurut Locke et al. (1988), terdapat tiga faktor yang menjadi penentu goal commitment, yaitu sebagai berikut.
Faktor eksternal, yang terdiri dari otoritas, pengaruh peer group, insentif, dan penghargaan eksternal. Goal commitment mencerminkan kepatuhan pada otoritas atau kekuasaan yang sah, ditentukan sebagian besar oleh tingkat kohesi kelompok (peer group), dan dipengaruhi oleh insentif serta penghargaan eksternal.
Faktor interaktif, yang terdiri dari partisipasi orang lain, seperti atasan, rekan kerja, dan bawahan.
Faktor internal, yang terdiri dari harapan, self-efficacy, dan penghargaan internal. Goal commitment dipengaruhi oleh harapan seseorang mengenai seberapa baik ia dapat mengerjakan tugas, informasi mengenai cara melakukan suatu tugas, yang memengaruhi self-efficacy dan pada akhirnya memengaruhi goal commitment, serta penghargaan dari diri sendiri (self-reward).
Komitmen sendiri mempunyai banyak manfaat, lho, teman-teman! Menurut penelitian yang dilakukan oleh Locke dan Lathem (dalam Schwartz, 2017), komitmen memiliki hubungan yang positif dengan tercapainya sebuah tujuan yang telah dibuat. Artinya, semakin tinggi komitmen yang dimiliki, maka semakin tinggi pula peluang tercapainya tujuan tersebut. Selain itu, banyak juga cerita yang dapat kita lihat dari biografi tokoh, bahkan cerita-cerita dalam kitab suci yang memperlihatkan bagaimana komitmen yang mereka pegang menuntun mereka kepada suatu keberhasilan atau tujuan yang ingin mereka capai. Komitmen memberi kita arah, membentuk pemikiran dan perilaku, mengubah, memotivasi, membentuk identitas, serta menunjukkan karakter diri (Schwartz, 2017).
Sebagai contoh, seseorang memiliki resolusi tahun baru untuk memiliki pola hidup sehat. Supaya ia bisa mencapai tujuan tersebut, ia memerlukan goal commitment yang ditentukan oleh berbagai faktor. Dari dirinya sendiri, ia bisa mencari cara-cara yang dapat dilakukan untuk memiliki pola hidup sehat, salah satunya berolahraga. Selain itu, ia bisa memberikan dirinya self-reward setiap kali ia menunjukkan progres, seperti dengan memberi pujian ke diri sendiri. Ternyata, ia juga membutuhkan bantuan dan partisipasi dari orang lain agar bisa mencapai tujuannya dengan lebih baik, yaitu dengan cara memiliki personal trainer. Personal trainer dapat memberikan reward sehingga dapat memperkuat goal commitment yang ia miliki. Pada akhirnya, ia dapat berhasil mencapai resolusi tahun barunya untuk memiliki pola hidup sehat di akhir tahun seperti yang telah ditentukan.
Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan adalah hal yang penting. Komitmen membantu kita berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah kita buat. Untuk memperkuat komitmen, kita dapat melakukan berbagai cara dan mendapatkan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kita tidak perlu merasa khawatir dalam mencapai tujuan kita! Dengan goal commitment, tujuan yang kita miliki dapat menjadi lebih mudah untuk dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Hollenbeck, J. R., & Klein, H. J. (1987). Goal commitment and the goal-setting process: Problems, prospects, and proposals for future research. Journal of Applied Psychology, 72(2), 212–220. doi: 10.1037/0021-9010.72.2.212.
Klein, H. J., Cooper, J. T., & Monahan, C. A. (2013). Goal commitment. In E. A. Locke & G. P. Latham (Eds.), New developments in goal setting and task performance (hlm. 65–89). Routledge/Taylor & Francis Group.
Locke, E. A., Latham, G. P., & Erez, M. (1988). The determinants of goal commitment. Academy of Management Review, 13(1), 23-39.
Schwartz, A. J. (2017). The call of commitment: Implications for the direction and intensity of our leader behaviors and actions. The Journal of Character & Leadership Integration, 4(1), 14-21.
**********
Best Regards,
Tim Redaksi PSYGHT 2021/2022
.
.
Writers: Audrey Allessandra (2020), Gabriela Brenda Nathania Sukmana (2020), Yora Violetta Suparman (2020), & Shanes Felicia Chandra (2021)
Editors: Caroline Ersalina Christie (2019) & Anggie Renaisance (2019)
Kommentare