top of page

FoMO dan Self-Esteem: Bagaimana Rasa Takut Ketertinggalan Mencerminkan Percaya Diri Anda

  • Writer: PSYGHT
    PSYGHT
  • Nov 22, 2024
  • 3 min read


Labubu, boneka berbulu dengan senyuman menyeringai khas, menjadi tren populer di Indonesia belakangan ini. Tren ini diperkirakan bermula dari unggahan Lisa Blackpink, anggota grup k-pop terkenal, di media sosialnya (Anjelina & Afifah, 2024). Fenomena ini menarik banyak orang untuk membeli dan rela antre berjam-jam demi mendapatkan boneka tersebut (Utami & Dewi, 2024). Selain labubu, produk kolaborasi Harry Potter dengan Miniso juga menarik minat warganet untuk mengantre panjang. Fenomena ini dikenal sebagai Fear of Missing Out (FoMO) dan berhubungan dengan self-esteem.


Jadi, apa itu FoMO? FoMO adalah keinginan untuk tetap terhubung dengan apa yang sedang orang lain lakukan, dan perasaan cemas ketika orang lain bersenang-senang tanpa mereka (Przybylski et al., 2013 dalam Barry & Wong, 2020). FoMO memiliki hubungan erat dengan media sosial (Oberst at al., 2017 dalam Barry & Wong, 2020). Ketika seseorang terus-menerus memperbarui media sosialnya, mereka dapat merasakan “kehilangan sesuatu yang penting” (Leung et al., 2021). 


Apa itu self-esteem? Self-esteem adalah sekumpulan nilai, pikiran, dan perasaan yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri (Rosenberg, 1965 dalam Al-Nasah & Shadid, 2024). Self-esteem menggambarkan cara seseorang memperlakukan dan menghormati dirinya sendiri. Hal ini juga menentukkan self-image, yang mencakup karakteristik, kemampuan, dan perilaku. Selain itu, self-esteem mengacu pada evaluasi seseorang atas kompetensi dan prestasinya (Coopersmith, 1967, dalam Al-Nasah & Shadid, 2024). Media sosial menjadi wadah bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat memengaruhi atau mempertahankan self-esteem melalui dua nilai, bagaimana seseorang berpikir orang lain menilai dirinya dan perbandingan sosial, baik ke atas atau ke bawah (Trzesniewski, 2003, dalam Leung et al., 2021). 


Jadi, apa hubungan antara FoMO dan self-esteem? FoMO memiliki hubungan erat dengan penggunaan media sosial (Oberst at al., 2017 dalam Barry & Wong, 2020). Ketika seseorang terus menerus memperbarui media sosialnya, perasaan “kehilangan sesuatu yang penting” dapat muncul (Leung et al., 2021). Selain itu, penggunaan media sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi ketahanan atau perubahan self-esteem seseorang. FoMo berpotensi berdampak pada kesejahteraan psikologis, termasuk kesepian, rendahnya self-esteem, dan rendahnya self-compassion (Roberts & David, 2019, dalam Barry & Wong, 2020). 


Lalu, bagaimana cara mengatasi FoMO? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, mengembangkan kesadaran bahwa tidak perlu memiliki segalanya  (L. Bloom & C. Bloom, 2015). Langkah ini membantu seseorang membatasi keinginan dan fokus pada kebutuhan yang penting. Kedua, meningkatkan rasa bersyukur. Rasa bersyukur membantu seseorang menghargai apa yang dimiliki daripada meratapi apa yang tidak dimiliki. Ketiga, memprioritaskan hubungan daripada mengejar kepemilikan suatu materi. Hubungan sosial lebih penting dibandingkan materi, dalam meningkatkan kesejahteraan seseorang. 


Kesimpulannya, penggunaan media sosial berkaitan dengan fenomena FoMO dan self-esteem seseorang. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengubah atau mempertahankan tingkatan self-esteem seseorang. Oleh karena itu, FoMO memiliki kaitan erat dengan kesejahteraan psikologis seseorang, termasuk self-esteem.


 

Daftar Pustaka


Al-Nasah, M., & Shadid, Y. (2024). Fear of missing out on social media platforms and its relationship to self-esteem among adolescents in Jordan. Journal of Social Studies Education Research, 15(1), 119–148. https://jsser.org/index.php/jsser/article/view/5439


Anjelina, C. D., & Afifah, M. N. (2024, September 15). Apa itu boneka labubu dan mengapa bisa viral? Simak penjelasan berikut. Kompas. https://www.kompas.com/tren/read/2024/09/15/093000065/apa-itu-boneka-labubu-dan-mengapa-bisa-viral-simak-penjelasan-berikut?page=all


Barry, C. T., & Wong, M. Y. (2020). Fear of missing out (FoMO): A generational phenomenon or an individual difference? Journal of Social and Personal Relationships, 37(12), 2952–2966. https://doi.org/10.1177/0265407520945394/ASSET/IMAGES/LARGE/10.1177_0265407520945394-FIG2.JPEG


Bloom, L., & Bloom, C. (2015, Januari 17). 10 ways to overcome fear of missing out. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/stronger-at-the-broken-places/201501/10-ways-to-overcome-fear-of-missing-out


Leung, A. N. M., Law, W., Liang, Y. Y., Au, A. C. L., Li, C., & Ng, H. K. S. (2021). What explains the association between usage of social networking sites (Sns) and depression symptoms? the mediating roles of self-esteem and fear of missing out. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(8). https://doi.org/10.3390/IJERPH18083916


Utami, S. N., & Dewi, B. K. (2024, September 17). Pengalaman warganet antre beli labubu, ada yang hingga 17 jam. Kompas. https://lifestyle.kompas.com/read/2024/09/17/190100720/pengalaman-warganet-antre-beli-labubu-ada-yang-hingga-17-jam?page=all


***********


Best Regards,

Tim Redaksi PSYGHT 24/25


 

Penulis : Jennifer Emmanuela Yandi (2023)


Editor : Verlyn Tatiana Harefa (2022)


Keywords yang digunakan dalam artikel: FoMO, self-esteem, media sosial

Comments


Give Us Your Feedback
Rate UsPretty badNot so goodGoodVery goodAwesomeRate Us

Thanks for submitting!

© 2022 by PSYGHT FPUAJ. Proudly created with Wix.com

bottom of page