top of page

Empati: Alat untuk Memupuk Kembali Pertemanan di Masa New Normal

  • Writer: PSYGHT
    PSYGHT
  • Nov 21, 2021
  • 3 min read

Updated: Jan 18, 2022



Setelah lama tidak bertemu dengan orang sekitar secara tatap muka, kini kita akan kembali berhubungan langsung dengan mereka di masa New Normal ini. Menurut Turner dan Moris (1995), berhubungan kembali dengan teman dan kondisi baru mungkin saja akan menimbulkan kecemasan. Bhamani (2012) menyatakan bahwa kecemasan sosial yang timbul dapat menimbulkan perubahan perilaku, seperti menjadi ragu, takut, dan tidak berani untuk melakukan hubungan sosial dengan sekitar. Maka dari itu, dibutuhkan empati sebagai salah satu pendukung untuk menghindari kecemasan sosial yang akan menghambat kita untuk kembali berhubungan dengan orang sekitar kita (Almasitoh, 2011).

Sebenarnya, apa itu empati? Empati adalah kemampuan individu untuk memahami apa yang dirasakan orang lain (Bianchi, et al., 2020). Ternyata, ada dua jenis komponen empati. Menurut Shamay-Tsoori (dalam Bianchi, et al., 2020), empati terdiri dari dua sistem, yaitu sistem yang kognitif dan emosional. Pertama, empati secara kognitif berarti kita bisa memahami apa yang dialami oleh orang lain melalui berpikir dan membayangkan pengalaman mereka. Kemampuan ini biasa disebut sebagai perspective-taking, yaitu saat kita bisa melihat kejadian melalui perspektif orang lain. Kedua, empati secara emosional berarti kita turut merasakan apa yang terjadi pada orang lain dan memberikan respon yang menunjukkan rasa peduli. Kemampuan empati emosional ini disebut sebagai empathic concern.

Ciri utama seseorang yang mudah berempati adalah peka dalam merasakan apa yang dirasakan orang lain secara emosional atau bahkan fisik (Orloff, 2016). Jadi, bukan hanya mengetahui perasaan seseorang, melainkan merasakannya seakan perasaannya sendiri. Dengan sifat ini, mereka mampu memahami apa yang sedang dilalui seseorang sehingga menjadikannya pendengar yang baik dan dapat membuat seseorang merasa dimengerti. Jika kalian termasuk orang yang mudah berempati, mungkin kalian menyadari bahwa kalian cenderung peduli dan ingin membantu orang-orang yang ada di sekitar. Kalian juga sering menjadi tempat "curhat" sekaligus pemberi nasihat untuk teman-teman dan mungkin merasa lelah atau tertekan saat menghadapi peristiwa yang memilukan serta dalam situasi-situasi sosial (Nareza, 2020).

Empati ternyata bisa membantu kita untuk membangun pertemanan yang lebih dekat dan mengurangi perasaan cemas dalam berteman. Menurut Bianchi, et al. (2020), orang yang memiliki kemampuan berempati tinggi akhirnya bisa menjalin hubungan pertemanan yang lebih erat dibandingkan dengan orang yang memiliki empati rendah. Hal ini terjadi karena empati tinggi membuat kita cenderung membantu teman kita saat mereka merasa kesulitan yang mana dapat kita rasakan pula. Melalui tindakan menolong tersebut, teman kita pun akan menghargai keberadaan kita sehingga hubungan pertemanan semakin dekat dan mengurangi terjadinya konflik. Selain itu, Bianchi, et al. (2020) juga menemukan bahwa kualitas pertemanan tersebut menyebabkan individu cenderung menilai hubungan sosial sebagai hal positif sehingga tidak lagi merasa cemas dalam berteman. Sebaliknya, orang yang kurang memiliki empati akhirnya akan memiliki kualitas pertemanan yang cenderung buruk sehingga sering merasa cemas dan semakin takut untuk berteman dengan orang lain. Jadi, tidak ada salahnya bagi kalian untuk coba fokus untuk berempati. Dengan peduli terhadap teman, mereka pun akan menghargai kalian dengan senang hati!

Untuk menumbuhkan rasa empati tentu saja ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Trifiana (2020) memaparkan beberapa tips yang dapat menumbuhkan rasa empati di dalam diri kita, antara lain:

  • Berkumpul dengan orang yang berbeda. Kita harus keluar dari zona nyaman dan berkumpul dengan mereka yang berbeda, baik itu perbedaan latar belakang, kemampuan sosial ekonomi, etnis, atau kesempurnaan dalam fisik. Banyak berkumpul dengan orang-orang yang berbeda akan membuat kita memiliki rasa empati yang lebih besar.

  • Menjadi pendengar yang baik. Memiliki rasa empati yang besar sangat diperlukan bila kita ingin menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan dapat mengasah rasa empati kita terhadap lawan bicara yang sedang menceritakan kisahnya.

  • Posisikan diri menjadi orang lain. Kita harus mencoba untuk memosisikan diri menjadi orang lain dengan cara membayangkan jika kita berada di posisi orang tersebut. Melakukan hal ini dapat membentuk empati di dalam diri kita. Selain itu, hal tersebut juga dapat membentuk rasa solidaritas terhadap sesama.

Nah, sekarang teman-teman jadi tahu kan tentang empati dan bagaimana empati dapat membantu untuk membangun kembali hubungan pertemanan kalian yang mungkin sempat berjarak selama masa pandemi. Semoga dengan membaca artikel ini, kalian bisa memupuk kembali sekaligus memperkuat pertemanan kalian di masa new normal ini ya!


DAFTAR PUSTAKA


Bianchi, D., Lonigro, A., Baiocco, R., Baumgartner, E., & Laghi, F. (2020). Social Anxiety and Peer Communication Quality During Adolescence: The Interaction of Social Avoidance, Empathic Concern and Perspective Taking. Child & Youth Care Forum, 49, 853-876. doi: 10.1007/s10566-020-09562-5.

Cyntia. (2017). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir. Diakses dari repository.usd.ac.id/12111/2/129114132_full.pdf.

Ivanti. (2016). Gambaran Penerapan Therapeutic Assesment Dalam Penanganan Subjek Dengan Social Anxiety And Phobia. Universitas Pembangunan Jaya. Diakses dari p2m.upj.ac.id/userfiles/files/2812-7998-1-PB.pdf.

Nuraida. (2020). Pengaruh Social Support Terhadap Social Anxiety Pada Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Jember. Diakses dari repository.unmuhjember.ac.id/3625/10/j.%20Artikel.pdf.

Orloff, J. (2016, Februari 19). 10 traits empathic people share. Psychology Today. Diakses dari psychologytoday.com/us/blog/emotional-freedom/201602/10-traits-empathic-people-share.

Nareza, M. (2020, Oktober 14). Memahami arti, ciri-ciri, dan manfaat empati. Alodokter. Diakses dari alodokter.com/memahami-arti-ciri-ciri-dan-manfaat-empati.


**********

Best Regards,

Tim Redaksi PSYGHT 2021/2022

.

.

Writers: Vincent Tjandra (2019), Maria Olivia Susilo (2020), Novie Dhiana Anggriani Putri (2020), & Angel Putri (2021)

Editors: Caroline Ersalina Christie (2019) & Anggie Renaisance (2019)

 
 
 

Comentarios


Give Us Your Feedback
Rate UsPretty badNot so goodGoodVery goodAwesomeRate Us

Thanks for submitting!

© 2022 by PSYGHT FPUAJ. Proudly created with Wix.com

bottom of page