top of page

Authoritative Parenting Sebagai Model Bagi Orang Tua


Tidak bisa dipungkiri bahwa pola pengasuhan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Menurut Sanvictores & Mendez (2022), pola pengasuhan yang berbeda memberi efek yang berbeda pula terhadap individu. Authoritarian parenting merupakan pola pengasuhan yang memberi disiplin keras dan tidak memberi kebebasan bagi individu. Di sisi spektrum yang berlawanan, ada permissive parenting yang tidak menggunakan disiplin, memberi kebebasan yang sangat tinggi bagi individu dan tuntutan yang rendah. Lalu, ada juga uninvolved parenting, ketika orang tua sama sekali tidak memberi perhatian atau merespon terhadap kebutuhan anaknya.


Menurut artikel di American Journal of Education and Technology (2022), pola asuh yang ada di tengah authoritarian parenting dan permissive parenting adalah metode paling baik untuk mengasuh anak. Anak diberi kebebasan untuk melakukan berbagai hal sendiri, tetapi tetap diberi batasan dan disiplin yang cukup. Pola asuh ini dinamakan authoritative parenting. Menurut Hayek et al. (2022), authoritative parenting membangun kemandirian dan keinginan untuk berprestasi. Anak yang terdidik dengan pola asuh authoritative membangun pola pikir yang lebih efisien, serta memiliki kemampuan sosial, kepercayaan diri, dan kesehatan emosional.


Adapun keluarga berfungsi sebagai sarana pendidikan pertama bagi anak-anak. Dalam lingkungan keluarga, orang tua berperan penting dalam membangun karakter, perilaku, dan memfasilitasi perkembangan mental yang matang pada anak. Menurut Siahaan (2020), setiap orang tua tentunya memiliki pola asuh yang berbeda-beda, tetapi mereka selalu bisa mengubah pola asuh mereka ke arah yang lebih baik. Sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka menerapkan pola asuh yang negatif (toxic parenting) yang berpotensi menghambat kebebasan anak dalam berekspresi (Kurniati et al.,  2023). 


Orang tua yang toxic memiliki ciri seperti tidak mencukupi kebutuhan anak dari segi fisik maupun emosional, bersifat mendominasi, dan kejam. Selain itu, mereka cenderung memiliki pandangan bahwa diri mereka selalu benar tanpa mempertimbangkan keinginan atau pendapat anak. Kurangnya cinta kasih dalam pengasuhan ini dapat mengembangkan skema kognitif yang negatif dalam diri anak yang kemudian mengarah pada depresi (Santrock, 2007).


Pola asuh toxic dapat melibatkan dua bentuk kekerasan, yaitu fisik dan verbal. Kekerasan psikis atau verbal meliputi kata-kata seperti hinaan, kritikan, dan ejekan terhadap anak, sedangkan kekerasan fisik didefinisikan sebagai kekerasan yang mengakibatkan luka pada tubuh hingga yang cedera  yang parah (Kurniati et al.,  2023). Orang tua yang sering mengkritik anaknya dengan kata-kata negatif seperti “nakal”, “bodoh”, dan “malas” akan memicu anaknya untuk mengembangkan pribadi yang menutup diri, rendah diri, pemalu atau penakut. Pola asuh toxic parenting membuat seorang anak sulit membangun citra diri yang sehat dan memiliki kepercayaan diri yang rendah yang dapat memengaruhi kehidupan mereka hingga dewasa (Kurniati et al.,  2023).


Kebebasan berekspresi merupakan salah satu hal yang penting dalam proses tumbuh kembang anak untuk mengembangkan kecerdasan emosional, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, dan meningkatkan kreativitas (Lestari, 2023). Adapun orang tua memegang peranan penting dalam rangka mewujudkan kebebasan berekspresi pada anak-anaknya. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa anak mendapatkan kasih sayang yang cukup agar mereka dapat mengembangkan kepercayaan diri untuk menghadapi serta menyelesaikan masalah yang mereka temui di luar rumah. Sebaliknya, jika orang tua terlalu ikut campur dengan urusan anak atau memaksa anak untuk menaati mereka, maka hal tersebut dapat menghambat perkembangan kepribadian mereka. Cara kedua adalah dengan menjaga ketenangan lingkungan rumah untuk mendukung perkembangan potensi dan kreativitas anak. Cara ketiga adalah dengan menghormati pendapat anak. Bangunlah dialog dua arah dengan kedudukan orang tua dan anak yang sejajar, terutama dalam hal membicarakan masalah yang berkaitan dengan kepentingan sang anak. Cara keempat adalah dengan memberikan kepercayaan pada anak dan memberikan kebebasan kepadanya sehingga ia dapat meyakini dirinya sendiri dan kemampuannya. Cara terakhir adalah melibatkan anak dalam diskusi atau musyawarah dalam keluarga sehingga anak pun akan merasa bahwa pendapatnya dihargai (Miftahusyaian, 2007).


Orang tua tentu memiliki otoritas atas anaknya. Namun, otoritas ini perlu diterapkan dengan cara yang sesuai sehingga tidak membatasi ekspresi anak dan menghambat perkembangan anak. Dengan menerapkan cara-cara di atas, diharapkan orang tua dapat membangun lingkungan yang nyaman bagi anak untuk berekspresi dan mewujudkan versi diri mereka yang terbaik.


 

Daftar Pustaka


Hayek, J., Schneider, F., Lahoud, N., Tueni, M., & de Vries, H. (2022). Authoritative parenting stimulates academic achievement, also partly via self-efficacy and intention towards getting good grades. PLOS ONE, 17(3), e0265595. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0265595


Kurniati, N., Rejeki, S., Nizar, N., Purwanti, O. S., & Fitria, C. N. (2023). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua “Toxic Parents” bagi Kesehatan Mental Anak Sanggar Bimbingan Kepong Kuala Lumpur Malaysia. Buletin KKN Pendidikan. 5(2). 157-166.

Miftahusyaian, M. (2007). Kebebasan anak berekspresi dalam keluarga perspektif pendidikan dan sosial. EGALITA, 2(2).


Siahaan, Y. E. (2020). Pola asuh otoriter sebagai pembentuk perilaku agresif anak usia dini. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2(2). 141-149

Sanvictores, T., & Mendez, M. (2022). Types of Parenting Styles and Effects on Children. National Library of Medicine; StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/

Tawari, A. P. (2022, October). Authoritative Parenting: The Best Style in Children’s Learning [Review of Authoritative Parenting: The Best Style in Children’s Learning]. Researchgate; American Journal of Education and Technology. https://www.researchgate.net/publication/364974884_Authoritative_Parenting_The_Best_Style_in_Children's_Learning


***********


Best regards,


Tim Redaksi PSYGHT 23/24



Penulis : Felicia Michelle (2021), Amanda Victoria Tansri (2021), Thomas Wijaya (2023)




Editor : Ariellah Sharon Mohede (2021)

Commentaires


bottom of page