top of page

Apakah Mendengarkan Musik Klasik Dapat Membuatmu Lebih Pintar?


 

Intelektualitas merupakan hal yang vital untuk dimiliki manusia. Delapan tahun pertama kehidupan digunakan untuk membangun fondasi otak untuk proses belajar, kesehatan, dan kesuksesan (Robinson et al., 2017). Para orang tua berlomba-lomba untuk membesarkan buah hati mereka menjadi pribadi yang cerdas. Salah satu metode yang dilakukan untuk mencapainya adalah dengan pendekatan psikologi musik, yaitu efek Mozart.


Efek Mozart

Efek Mozart adalah gagasan bahwa memutarkan musik klasik kepada anak, terutama komposisi karangan Wolfgang Amadeus Mozart, dapat meningkatkan kecerdasan kognitif anak. Istilah efek Mozart pertama kali dicetuskan pada tahun 1991, namun semakin dikenal oleh publik pada tahun 1993 ketika Nature, sebuah jurnal saintifik dari Inggris, mengemukakan hasil studi bahwa musik klasik meningkatkan fungsi otak. Gagasan ini semakin populer ketika lima tahun berikutnya, gubernur negara bagian Georgia di Amerika Serikat, meminta alokasi dana untuk membelikan setiap bayi di Georgia CD musik klasik guna meningkatkan kecerdasan generasi muda.


Pendapat Pro dan Kontra Mengenai Efek Mozart

Efek Mozart menjadi topik yang kontroversial di kalangan para ilmuwan. Pietschnig, Voracek, dan Formann (dalam Dewar, 2018a) menyatakan bahwa musik dapat meningkatkan performa dalam kecerdasan visual-spasial secara temporer. Lohman (dalam Dewar, 2018b) mendefinisikan kecerdasan visual-spasial sebagai kemampuan untuk menghasilkan, mengambil, dan mengubah gambar visual yang terstruktur dengan baik. Misalnya, seorang arsitek yang memiliki kecerdasan visual-spasial mampu membayangkan kerangka gedung tiga dimensi di blueprint. Kecerdasan visual-spasial sangat berguna dalam beberapa profesi, seperti arsitektur, teknik, seni visual, dan matematika.

Di sisi lain, terdapat argumen bahwa kecerdasan visual-spasial hanyalah satu aspek dari keseluruhan kecerdasan manusia. Psikolog perkembangan, Howard Gardner (dalam Very Well Family, 2020), mencetuskan teori multiple intelligences yang membagi kecerdasan manusia menjadi delapan tipe dan setiap orang memiliki level yang berbeda-beda. Argumen lain menyatakan bahwa peningkatan kecerdasan tidak berkaitan dengan jenis musik yang didengarkan. Namun, fenomena tersebut berkaitan dengan perasaan saat mendengar musik tersebut. Schellenberg dan Hallam (2006) mengadakan sebuah penelitian terhadap 8.000 siswa di Amerika Serikat. Setengah siswa secara acak diminta untuk mendengarkan musik klasik Mozart, sedangkan setengah yang lain mendengarkan lagu rock band musik yang populer pada masa itu. Setelah mendengarkan musik selama 10 menit, setiap siswa diminta mengerjakan tes visual-spasial. Hasilnya, siswa yang mendengarkan musik rock mendapatkan nilai yang lebih tinggi ketimbang teman-temannya yang mendengarkan komposisi Mozart.

Efek musik klasik terhadap kecerdasan masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Walaupun demikian, tidak ada salahnya bagi orang tua untuk mengenalkan musik kepada anak. Seperti yang dikemukakan oleh studi Schellenberg dan Hallam, perasaan positif terhadap musik dapat meningkatkan performa individu saat bekerja. Masing-masing individu dapat menemukan jenis musik yang membawa perasaan positif bagi diri mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Very Well Family. (2020, Maret 9). Music learning and the mozart effect. Diambil dari

Dewar, G. (2018a). The mozart effect: The truth behind the claims. Diambil dari

Dewar, G. (2018b). Spatial intelligence: What it is and how can we enhance it?. Diambil dari

Robinson, L.R., Bitsko, R.H., Thompson, R.A., Dworkin, P.H., McCabe, M.A., Peacock, G., &

Thorpe, P.G. (2017). CDC grand rounds: Addressing health disparities in early childhood.

Centers for Disease Control and Prevention, 66(29), 769–772.

Schellenberg, E.G. & Hallam, S. (2006). Music Listening and Cognitive Abilities in 10‐ and 11-

Year‐Olds: The Blur Effect. Ann. N.Y. Acad. Sci, 1060: 202-209. doi:

10.1196/annals.1360.013



*********


Best Regards,


Tim Redaksi PSYGHT 2020/2021

.

.

Penulis: Maria Olivia (2020)

Editor: Syifa Rahmani (2018)

Comments


bottom of page